Monday, May 21, 2012

Gaya Hidup Kaum Freegan (Freeganism)

Gaya Hidup Kaum Freegan-. Mungkin sudah puluhan kali kita pernah membaca artikel atau mendengar teman, para aktifis dan orang-orang yang anti kemapanan menyuarakan suaranya atas kemuakan mereka terhadap consumerism atau gaya hidup konsumtif yang makin merajalela dan menjadi perhatian semua kalangan di era modern ini. 

Selain menganalogikan kebahagiaan dengan banyaknya barang yang dibeli atau dimiliki oleh seseorang, gaya hidup ini juga dituding sebagai salah satu penyebab kerusakan lingkungan, perubahan iklim, penghamburan sumber daya alam, pergeseran nilai spiritual dan komunitas menuju sifat matrealistis dan kompetisi berlebihan, dan bahkan dituduh juga sebagai penyebab obesitas, depresi dan kecemasan pada anak-anak.

Didasari alasan-alasan inilah paham-paham anti gaya hidup konsumtif mulai bermunculan di seluruh penjuru dunia, salah satunya adalah freeganism. Paham ini pertama kali muncul di Seattle dan Portland, Amerika Serikat, pada pertengahan tahun 90-an. Menggabungkan kata ‘free’ yang berarti gratis dan ‘vegan’ yang berarti vegetarian yang sama sekali tidak memakan daging dan segala produk yang dihasilkan dari makhluk hidup (seperti susu, telur, keju dll), walaupun pada prakteknya kini tidak semua freegan adalah seorang vegetarian atau vegan. Freegan sendiri menurut website Freegan info, adalah orang-orang yang menggunakan strategi alternatif untuk hidup berdasarkan pada pembatasan partisipasi dalam sistem ekonomi konvensional dan penggunaan sumber daya (baik alam maupun manusia) secara minimal. Dengan kata lain freegan berusaha untuk sebisa mungkin tidak membeli apapun termasuk makanan.

Freeganism adalah boikot total sistem ekonomi di mana motif keuntungan telah menghilangkan cahayanya pertimbangan etika. Freegan sendiri adalah singkatan dari "Free" dan "vegan". Vegan adalah orang yang menghindari produk yang berasal dari hewan. Freegan seringkali dijuluki sebagai dumpster diving (di Amerika Utara) atau skipping/bin diving (di Inggris) dikarenakan aktivitas utama mereka adalah mencari makanan di tempat sampah toko kelontong, toko roti, restoran atau tempat industri makanan lain. Eits… jangan mengerutkan kening dan bilang jijik dulu! karena dengan begitu bukan berarti mereka mengais makanan sampah yang sudah dimakan atau makanan yang penuh dengan belatung diatasnya, no no no… mereka hanya mencari makanan yang masih layak konsumsi dengan packaging yang masih bagus, walau terkadang telah lewat tanggal kadaluarsanya beberapa minggu atau bahkan bulan (well… sekarang silahkan mengerutkan kening atau bahkan merasa mual;p). Selain makanan, freegan juga mencari furniture dengan cara yang sama atau dengan mem-barter-kan furniture mereka dengan freegan lainnya. 



Gaya hidup ini pernah dibahas di Oprah Winfrey Show yang kebetulan saya tonton di Metro TV minggu lalu (dan dari situ saya terinspirasi menulis ini;>). Lisa Ling – seorang reporter CNN yang sering muncul di Oprah Show – saat itu meliput komunitas ini di New York dan ikut dalam aksi mencari makanan di tempat sampah di beberapa toko roti dan toko kelontong di kota New York. Lisa Ling (begitu juga saya) sangat terkejut melihat makanan-makanan yang dibuang begitu saja di tempat sampah. Berdus-dus cereal dengan masa kadaluarsa yang masih 2 minggu atau sebulan teronggok begitu saja disamping toko, belum lagi berbungkus-bungkus salad segar yang sudah di-package, sayur-sayuran, susu, makanan kalengan, camilan dan roti-roti yang masih layak konsumsi dibuang begitu saja seperti layaknya makanan sampah yang sudah tidak bisa lagi dimakan. Bahkan salah seorang freegan pernah menemukan 1 pak telur isi 6 yang dibuang begitu saja hanya karena salah satu telurnya pecah. Selain julukan sebagai masyarakat konsumtif, dengan fakta dari EPA bahwa orang Amerika membuang kurang lebih 96 miliar pound makanan setiap tahunnya, rasanya tidak salah juga menjuluki mereka sebagai ‘the wasteful society’.

Selain urusan mungut-memungut makanan dan furniture, berikut ini adalah beberapa hal lain yang merupakan aktivitas para freegan :
  • Menggunakan transportasi ramah lingkungan (dan sebisa mungkin tanpa biaya) seperti berjalan kaki, bersepeda, skateboarding, menggunakan alat transportasi umum dan car sharing. Banyak juga dari para freegan ini yang berbuat agak sedikit extreme dengan menaiki kereta tanpa bayar atau hitchhiking.
  • Tinggal di tempat yang gratis (tanpa bayar sewa), freegan percaya bahwa perumahan seharusnya adalah hak dasar bagi setiap manusia bukannya sebuah keistimewaan yang hanya bisa didapat oleh orang-orang tertentu yang berduit saja. Maka dari itulah, freegan sejati umumnya tinggal di tempat yang ditinggal begitu saja oleh pemiliknya (kebanyakan karena sudah tidak layak ditinggali) atau tinggal bersama sesama teman.
  • Beberapa freegan berpartisipasi dalam guerilla gardening atau kalau bahasa Indonesianya bercocok-tanam secara gerilya (seperti Jenderal Sudirman, bedanya beliau dulu berperang, kalo yang ini bercocok tanam;p). Mereka menanam sayur-sayuran dan tanaman obat di tanah kosong di komunitas mereka, dengan ini mereka berharap bisa membangun komunitas yang bisa memberi makan diri sendiri dari bahan makanan yang mereka tanam sendiri.
  • Bekerja lebih sedikit (atau bahkan tidak bekerja sama sekali) dan beramal lebih banyak. Karena uang yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari berkurang maka bukan tidak mungkin banyak dari freegan yang bekerja lebih sedikit dari sebelumnya, kompensasinya adalah mereka mempunyai lebih banyak waktu untuk membantu sesama. Banyak freegan yang menjadi tenaga sukarela di panti-panti jompo atau di dapur umum yang membagikan makanan gratis bagi para tunawisma yang marak di Amerika. Terkadang mereka juga mengumpulkan makanan sisa mereka (yang mereka dapat dari tempat sampah itu…) untuk dibagikan kembali kepada orang-orang yang membutuhkan. 
Cara pandang freegan terhadap uang, pengkonsumsian suatu barang dan sistem ekonomi kapitalis memang terlampau ekstrim. Bahkan beberapa orang menganggap mereka hanya sekumpulan orang yang munafik dan ogah bekerja keras. Tapi setelah dilihat lebih dalam dan dimaknai apa sebenarnya tujuan utama mereka, rasanya tidak salah juga mengadopsi sedikit saja dari paham mereka untuk diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari. Gaya hidup sederhana tanpa konsumsi atau memiliki barang yang berlebihan bukan berarti tidak bahagia, malahan dengan gaya hidup seperti ini kita jadi lebih menghargai hidup dan tentunya meningkatkan kualitas hidup dan sisi spiritual kita sebagai seorang manusia. Untuk itu, ekspresi freegan yang ekstrim “Waste not, want not”  mungkin bisa dirubah menjadi “Waste less, want less and do more” agar terasa lebih mudah dilakukan dan tentunya terasa lebih bersahabat. 

Jadi gimana, Apakah agan tertarik mengikuti gaya hidup freegan?