Tuesday, July 2, 2013

Cubesat, bisa memotret Bumi dalam bentang 3-5 meter

CubeSat, saat diuji coba bulan April, 2013.Cubesat, diuji bulan April 2013
Pencitraan gambar beresolusi tinggi dari satelit komersil terbilang sangat mahal.

Di sisi lain, karena satelit itu menggunakan gambar resolusi tinggi dan teknologi yang bisa mencitrakan wilayah dalam bentangan satuan meter, butuh waktu beberapa hari untuk mendapatkan hasil tangkap gambar dari satelit itu.

Sedangkan, satelit milik pemerintahan biasanya memberikan pencitraan Bumi dengan resolusi yang rendah, rincian gambarnya hanya mencakup bentangan puluhan sampai ratusan meter.

Nah, kini satu perusahaan asal San Francisco memberikan alternatif. Planet Labs berencana meluncurkan 28 satelit mini ke sekitar orbit Bumi, yang dijadwalkan meluncur Desember nanti, dilansir Technology Review, 2 Juli 2013.

Perusahaan itu menawarkan jasa potret wilayah Bumi sampai berkali-kali, sehingga dapat melacak kemacetan lalu lintas serta penebangan hutan secara real-time.

Secara teknologi, satelit besutan Planet Labs ini akan menggunakan resolusi moderat, memotret objek dalam bentangan 3-5 meter.

Memang cakupannya cukup kecil, tapi dengan 28 jumlah satelit, memungkinkan rombongan satelit itu dapat berkali-kali mengambil gambar.

Soal frekuensi pengambilan gambar, pihak Planet Labs belum memastikan, namun disebutkan sangat menjanjikan.

"Satelit akan menjadi suatu industri yang tidak dimiliki saat ini," kata Pendiri Planet Labs, Robbie Schingler, yang juga mantan Kepala Staf Office of the Chief Technologist NASA.

Planet Labs menjanjikan waktu pencitraan cepat, pembaharuan peta online yang lebih sering, dan pemantauan lingkungan yang lebih baik dari yang pernah ada sebelumnya.

"Kami bisa melacak penebangan hutan atau lapisan es yang mencair," jelas Will Marshall, yang juga turut mendirikan perusahaan.



Menambah jumlah satelit bisa saja dilakukan mengingat satelit berukuran mini dan harganya sangat murah. Desain satelit menggunakan kotak lebar 10 cm yang disebut CubeSat, modul standar yang dilengkapi dengan instrumen dan diluncurkan ke ruang angkasa, baik secara mandiri maupun bersama-sama.

Planet Labs sudah menguji peluncuran satelit pada April lalu. Satelit itu disebut Dove 1 dan Dove 2, masing-masing terdiri dari dua atau tiga Cubesat. Pada November nanti akan diluncurkan tiga satelit lagi.

Desember nanti, Planet Labs akan meluncurkan 28 satelit di konstelasi baru bersama dengan roket Antares, peluncur baru yang dibangun perusahaan asal Virginia, Orbital Sciences Corporation.

Setelah diluncurkan, satelit akan membentuk cincin miring sekitar Bumi dan akan mengorbit pada ketinggian 400 km dengan didukung panel surya.

Satelit itu akan mengirimkan gambar ke dua stasiun di AS dan satu stasiun di Inggris, sehingga data bisa langsung diolah menjadi aplikasi atau semacamnya.

"Jika terjadi sesuatu, seperti api atau kebakaran besar, es mencair, kami punya pencitraan yang segar untuk bisa dibagi," ujar Schingler.

Sayang, tidak semua satelit menggunakan sistem propulsi—sistem pendorong, dan harus tinggal di orbit selama dua sampai lima tahun sebelum kehilangan kecepatan dan jatuh ke Bumi. 

Tapi, karena harga satelit yang relatif murah dari satelit pada umumya yang mencapai ratusan juta dolar, membuat umur satelit tidak menjadi soal.

Namun, tidak disebutkan berapa rincian harga satelit. Planet Labs hanya menggambarkan keuntungan yang didapatkan, yaitu mencapai US$13,1 juta, setara Rp129,7 miliar.